reap the whirlwind, sherriff --
reap it.
z/17/something of a nutjob.
and I shall count thee among thy saints.
- @ Jumat, 13 September 2013
Jujur aja, salah satu alasan paling kuat gue mendadak posting jam segini tanggal segini di waktu seperti ini adalah karena tadi di Hanamasa gue nenggak ENAM gelas kopi susu dan sekarang gue capek tapi bukan jenis capek yang biasa didapati tepat sebelum kita ketiduran di depan komputer.

Perhatikan ejaan "gue" yang gue pake sekarang aalah "g-u-e" dan bukan "g-w" kayak biasa. Ceritanya mau menghormati ejaan Betawi yang baik dan benar.

GUe juga nggak tau kesambit apaan mendadak mau posting lagi padahal biasanya (pasang muka curcol) kalau ada sejumput hasrat pengen ngeblog pasti kebalap hasrat numblr yang jauh lebih besar. Tapi gue ngerasa posting kali ini /agak/ perlu. Entah kenapa. Apa karena gue merasa blog ini ditelantarkan dan gue kasihan karena gue udah ngabisin entah berapa jam masa pramremaja gue ngedit-ngedit HTML dan bikin posting-posting yang nggak dibaca orang, atau gue cuma mau mendokumentasikan momen. Tapi yang ini perlu. Gue mau mendokumentasikan momen. Gue mau mendokumentasikan malam ini. Dan yang paling penting, gue mau mendokumentasikan, atau lebih tepatnya merangkum, beberapa hari kebelakang.

Oke, jadi sebetulnya alsan gue lama nggak posting cukup mediocre. Gue masuk kuliah *tiup terompet*, kemudian OSPEK (atau kerennya di FIB PSA MABIM), dilanjutkan dengan kuliah yang dimulai tanggal 2 September kemaren disambi kegiatan-kegiatan (gue ikut 2 UKM dan tanpa sadar masukin 6 kartu nama ke 6 kotak pendaftaran BO maupun BSO fakultas. Tepok tangannya, saudara-saudara?), disambi lagi sama OSPEK jurusan yang pada dasarnya cuma ngumpulin tanda tangan angkatan 2013, 2012, 2011, 2010, dan sejumlah alumni tapi karena ribet ketemu jadi nggak kelar-kelar, dan akhirnya TADAAA terlantarlah blog ini. Mungkin selama ini cuma alsan gue ngeblog yang nggak jelas.

.........................................oke sampai saat ini I'm not making any sense.


Jadi gini nih, kawan-kawan sekalian. Beberapa hari kebelakang gue merasa Allah SWT ngasih gue premonisi-premonisi kecil yang mengindikasikan bahwa hidup gue lagi berotasi secara radikal. Gimana ya ngejelasinnya?

Tadi gue ke acara temen gue. Semacam farewell party gitu, karena lusa dia mau kuliah ke luar negri. Nah, dari kami bertujuh yang dateng ke makan-makan tersebut, salah satu dari kami ternyata dateng dengan membawa, ehm, sebuah berita.

Bisa dikatakan berita tersebut cukup mengguncang kami semua.

Dan waktu gue bilang mengguncang, maksud gue mengguncang. Pernah liat gue syok? Kaget sampe nggak bisa ngomong? Sampe harus diem dulu di kursi, menerawang dengan pandangan kosong, berpikir tapi nggak tau mikir apa, tapi otak mendadak semrawut sampe lu harus tarik nafas dan minum? Persis kayak gitu gue waktu dikasih liat berita tersebut.

 sebut saja ini terkait sebuah ikatan

Gue kaget. Jujur. Gue selama ini berpikir itu merupakan hal buat orang dewasa. Inget nggak betapa keramatnya dua kata tersebut buat gue cuma beberapa taun yang lalu? Nggak usah beberapa taun deh, beberapa bulan? Sumpah, sampe tadi malem gue masih menganggap diri gue sebagai seorang remaja. Titik. Seorang remaja umur 18 di dunia yang super luas yang masih terlalu sibuk mikirin gimana caranya guebisa mesen Tales From Year Zero tanpa harus mengeluarkan sepeserpun duit. Gue nggak dewasa, gue nggak pernah dewasa, dan gue nggak pernah mau jadi orang dewasa. Tapi kemudian malam ini terjadi. Minggu ini terjadi. Tahun ini terjadi. Gue ulang tahun yang ke-18. Gue dapet KTP. Gue lulus SMA. Gue masuk kuliah. Semua dalam kurun waktu 3 bulan. Salah satu temen terdekat gue, yang selama ini gue percaya masuk ke bola kehidupan gue yang begitu tertutup sampe nyokap pun masih meraba-raba nyari jalan masuk kedalamnya, sekolah ke Jepang. Dan kemudian, satu lagi temen terdekat gue, yang udah berjasa mengenalkan gue ke banyak hal, yang udah berjasa ngajarin gue mengalah, ngajarin gue buat banyak ketawa, ngajarin gue berteman, yah, bilang aja dia /lepas/. Sementara itu, dia cuma ketawa-ketiwi, santai banget, kayak ini cuma kejadian biasa yang biasa terjadi di kehidupan seorang anak muda, cuma sebuah bagian dari siklus kehidupan seorang manusia. Dan yang ngagetin bukan cuma fakta bahwa dia willingly bilang iya, tapi penerimaan gue secara emosional yang begitu....nggak nyantai.

Dan akhirnya gue sadar. Lewat mereka berdua Allah SWT pengen gue dewasa.

Gue sama temen gue satu lagi, karena tingkat kenaifan kami hampir sama, liat-liatan nggak percaya. Kemudian kami berdua tarik nafas, meditasi, nenangin diri, diam. Karena nggak pernah sampai ke benak kanak-kanak kami bahwa salah satu orang-orang tersebut, mereka yang sudah menetapkan jalan hidup di usia muda, adalah salah satu dari teman kami sendiri. Nggak pernah terpikir oleh kami bahwa kami bakal jadi mereka para orang dewasa yang datang memakai baju formal, baris dan salam-salaman. Konsep tersebut asing. Asing sekali.

Rasanya baru kemaren lho, gue MOS. Terong balado. TO. Bintama. PDP. Sekret. Palabsky. Nakshatragana. The Bright Light. XB. XI IPS 2. XII IPS 2. Lorong ruang 5-6 lantai dua yang mojok. Syamsuri. Renci. Labzine. Prom. Wisuda.

Gue nggak merasa kehilangan. Bukan posisi gue untuk merasa kehilangan. Cuma...aneh aja. Saat lu sadar bahwa lu bukan lagi anak-anak, tapi ide menjadi dewasa itu masih kerasa nggak familiar di lidah lu, saat lu liat jauh menembus KTP lu dan mendadak tersentak, "Wow, gue orang dewasa." Selama ini gue kayak Peter Pan. Gue menolak habis tumbuh dewasa. Tapi malam ini gue sadar, kalau gue nggak tumbuh dewasa, gue nggak hidup.

Tadi siang, waktu mau foto buat formulir Senbud, kalung keramat gue dari sahabat gue putus talinya. Entah ini pertanda apa, tapi ue yang biasanya nggak percaya takhayul mendadak mikir; segalanya nggak mungkin terjadi gitu aja. Nggak ada yang namanya kebetulan.

Jadi gue mulai mikir, oke, gue mesti ngelepas masa lalu gue secara keseluruhan. Mulai lagi. Gue bukan Sita Zahra Matarani umur 15 tahun yang hatinya cuma dibagi ke film-film scifi, Supernatural, dan Garrett Hedlund. Gue bukan Sita Zahra Matarani anak ansos yang kalau ngumpul sama temen-temennya kerjaannya mojok sambil dengerin lagu tanpa membuat usaha apapun untuk kenalan (fakta bahwa gue introvert mungkin mendukung, tapi ini sifat, dan selama gue bisa manage rasanya gue bakalan baik2 aja).

Dan gue sekarang harus belajar untuk nggak mikirin orang lain. Selama ini gue, mungkin karena trauma waktu SD dan SMP susah berteman, jadi mikirin banget temen-temen deket gue sampe gue khawatir sendiri tanpa mereka tahu gue khawatir karena gue bukan tipe orang yang gampang mengepkspresikan perasaan jadi mereka ngeliat gue sebagai orang superwoles yang kerjaannya cengar cengir dan tidur. Nggak. Gue selalu mikir. Gue khawatir, gue ngasih saran, gue nasihatin, gue bahkan punya segudang nasihat, gue peduli. Tapi akhirnya gue harus mundur dan membiarkan mereka milih jalan hidup mereka sendiri. Mau ke luar negeri atau ke pelukan orang lain. Dan yang penting adalah mereka temen gue, dan itu udah cukup.

Maksudnya, yang penting kami inget satu sama lain, kan?

DAN, salah satu poin terpenting dari tumbuh dewasa buat gue adalah secara terus-menerus mengingatkan diri sendiri bahwa gue bukan orang lain. Gue nggak perlu merasa apuitis kalau tweet-tweet temen gue sangat puitis, dengan kata-kata sinkron nan indah ala Sapardi Djoko Damono. Tingkat dedikasi gue terhadap fandom nggak perlu sampai sehebat temen gue yang begitu cinta dengan fandomnya. Nnggak perlu cinta Shakespeare kalau emang nggak suka. Nggak perlu sesupel orang tergaul di angkatan, yang penting lu tau cara berteman.

Gue bukan mereka yang gaul. Gue bukan mereka yang puitis. Gue bukan mereka para calon pemimpin. Gue bukan mereka yang merupakan diri mereka sendiri.

Posting ini agak aneh. Mungkin nggak nyambung. Tapi yaudah lah ya. Gue udah belajar banyak dari cuma satu malam. Dan malam ini adalah salah satu malampaling berharga selama hidup gue.


udah jam satu bro ah tidur woy tidur


Label: , ,

Designer / Mira Muhayat | Inspired by / beautifulified--